googlesyndication.com

1 Comment
Bupati Tutup Mata, Warga Desa Jeruk Sari Hadapi Lebaran Tanpa Air Bersih
Sukendar (52 th) menunjukan instalasi air yang sdah tidak mengalirkan air bersih sejak  dari 3 bulan lebih kepada pekalongannews
Kabupaten Pekalongan
Miris, ribuan warga Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan menjalani perayaan lebaran tanpa air bersih. Sudah  lebih dari 3 bulan yang lalu air bersih biasa dipasok dari sumber air Pansimas yang merupakan proyek bantuan dan dikelola secara administratif oleh PDAM Kabupaten Pekalongan tidak bisa beroprasi. Alhasil ribuan wargapun kelabakan, sampai-sampai pengurus Masjd Ibnu Quba di desa tersebut perlu mengumumkan kalau ingin sholat berjamaah di masjid, warga diharuskan melakukan wudhu dari rumah dikarenakan air di masjid terbatas dan tidak akan mencukupi kebutuhan berwudhu para jamaah.

Sukendar (52 th) warga Rt 02/02 Dukuh Gejlik, Desa Jeruksari mengaku sudah lebih dari 3 bulan tidak bisa mengakses air bersih karena tidak mengalir dan memurut pengakuanya Pansimas merupa kan satu-satunya sumber aiar bersih andalan warga karena sumber air lainya seperti sumur sudah lama ditinggalkan warga.
"Air sumur sudah tidak bisa digunakan lebih dari 10 tahun yang lalu karena terpapar air rob. Warna airnya kuning kehitaman dan berbau pekat, yang membuta takut malah seperti ada kandungan logam berat karena sepintas kalau dilihat berasa ada kerlip-kerlip mirip kilatan logam," ungkapnya.
Praktis, selama ini dirinya dan warga desa lainya hanya mengandalkan air pasokan dari Pansimas yang kondisinya sudah tidak bisa beroprasi lagi.

Untuk memenuhi kebutuhan aiar bersih pasca tidak beroprasinya Pansimas, keluarganya terpaksa membeli air dari Kelurahan Pabean yang masuk wilayah Kota Pekalongan.
"sehari kami menghabiskan uang Rp 8000 untuk kebutuhan air saja. itupun baru airnya belum tenaga mengangkutnya,"terang sukendar sembari menun jukan instalasi air yang macet, karena tak setetespun keluar dari pipa.

Melihat hal tersebut agaknya Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan hanya tutup mata dan tutup telinga, itu tercermin dari pernyataan Bupati Pekalongan Amat Antono ketika dikonfirmasi media ini usai peninjauan jembatan darurat di Kedung patangewu, Kecamatan Kedungwuni beberapa waktu lalu.

Ketika dimintai tanggapanya Bupati justru balik menyalahkan warga Desa Jeruksari dengan dalih susah diatur.
"Mmm...masyarakate angel kabeh (sulit diatur semua) karena tidak mau bayar setoran air," keluhnya sambil bergumam.
Sontak pernyataan Bupati dibantah beberapa warga yang secara teratur memba yar tagihan air.
"Saya rutin membayar mas, ada bukti setoranya. Karena saya tahu kalau air itu penting dan untuk warga yang tidak membayar saya tidak tahu. kalau dengan alasan banyak yang tak mampu bayar lantas dihentukan pasokan airnya tentu saya sesalkan, berarti kami yang rutin setoran sama-sama dikorban kan tidak dapat pelayanan air bersih," geram Sukendar yang kebetulan jadi pelanggan yang rutin menunaikan kewajibanya.
Sementara itu Kepala Desa setempat Siswanto ketika dikonfirmasi beberapa waktu sebelumnya tidak banyak komentar, hanya mengatakan sedang diupaya kan.
"Sedang kami upayakan titik temunya antara desa dan PDAM," terangnya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Seperti diketahui Desa Jeruksari merupakan Desa paling ujung utara sebelah timur dari kabupaten Pekalongan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Pekalongan, bahkan kalau dilihat dari lokasinya lebih mirip masuk Kota Pekalongan karena secara terpisah Desa Jeruk sari justru tercepit oleh dua Kelurahan yang berada diwilayah kota Pekalongan. Kini Desa tersebut dalam kesulitan air, hal tersebut diketahui Pemerintah daerah setempat akan tetapi tidak ada tindakan dan perhatian sama sekali, tak sekalipun Pemerintah Daerah merespon dengan mengirimkan bantuan air bersih lewat mobil tangki untuk meringankan beban warga menghadapi lebaran.

Desa ini menjadi minus karena tidak ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Pekalongan yang letak ibu Kota Kabupatenya sejauh 35 kilomter dari Desa yang dahulu ketika masih jaya menjadi lumbung padi dan lumbung suara bagi kepentingan sesaat para politikus daerah karena banyak mendulang suara di Desa dengan jumlah penduduknya yang besar. 

Kini setelah ditinggalkan dan kurang perhatian, Desa Jeruksari menjadi Desa Paling tertinggal di Wilayah Kabupaten Pekalongan baik dari infrastruktur maupun Sumber daya Manusianya karena terlampau lama dikangkangi oleh bencana rob.

Kontras dengan dua Kelurahan yang mengapitnya, penuh dengan infrastruktur memadai yang mensejahterakan masyarakatnya. perbedaan mencolok tersebut menjadi api dalam sekam karena terlalu banyak perbedaan dan keirian yang diperlihatkan pemerintah daerahnya masing-masing.


















Post a Comment

 
Top