Pekalongan (28-11-2014)
Pemerintah Kota Pekalongan cukup berasa prihatin terhadap isu pencemaran Kali Loji. Penyediaan fasilitas IPAL komunal dan sosialisasi menjadi modal utama awal. Sedang penegakan hukum tetap dijadikan wacana bijak setelah memberikan kesempatan bagi para pengusaha untuk memperkaya pengetahuan mereka terlebih dahulu.
Pemerintah Kota Pekalongan cukup berasa prihatin terhadap isu pencemaran Kali Loji. Penyediaan fasilitas IPAL komunal dan sosialisasi menjadi modal utama awal. Sedang penegakan hukum tetap dijadikan wacana bijak setelah memberikan kesempatan bagi para pengusaha untuk memperkaya pengetahuan mereka terlebih dahulu.
Dalam kerangka pemikiran ini,
pemerintah Kota Pekalongan
menyelenggarakan seminar tentang “Integrated Multi Profit Aquaculture
(IMPA= Pengembangan Budidaya Perikanan Beragam Keuntungan Berkelanjutan)” di Hotel Sahid Mandarin bilangan Duban pada hari Rabu, 26 Nopember 2014 ini. Bersama BPPT (Badan
Pengembangan dan Penerapan Tehnologi) mengundang Prof. Yanagi dari Jepang dan
Prof. Kim dari Korea menjadi pembicaranya.
IMPA lazim dikenal sebagai metode
bio recycle (sistem daur ulang hayati) atau bio security system (sistem perlindungan
hayati). Kedua metode ini mengutamakan suatu aktivitas produksi yang
menghasilkan zero emission (tidak ada limbah). Pengelolaan budi daya perikanan
darat yang mengacu pada fungsi ekonomi dan ekologi. Pengelolaan 1 unit tambak berisi
budi daya ikan, udang, kerang-kerangan (atau bisa juga digantikan tripang), dan
rumput laut. Penekanan fungsi terpusat pada manfaat rumput laut dalam
mengurangi limbah-limbah non organik hasil buangan dari sisa-sisa pakan dan
kotoran ikan menjadi pupuk cair. Sementara, limbah organik bisa dimanfaatkan
bagi pertumbuhan kerang-kerangan. Walikota Pekalongan, dr. Basyir ahmad
menyimpulkan, “1 ha tambak bisa dioptimasikan 4 buah komoditas yang memiliki
potensi produktivitas berlebih. Tambak dipertahankan menjaga nilai produktifnya
dan tetap stabil sebagai suatu habitat.”
Selanjutnya beliau memaparkan
latar belakang bahwa, “Kota Pekalongan memiliki ciri geografis seluas 6,5 km2.
Perikanan tangkap menjadi semakin memiliki jarak tempuh pelayaran yang jauh dan
membebankan ongkos yang semakin tinggi pula. Sedang kecil kemungkinan adanya
kemauan warga masyarakat untuk dipindahkan ke lain tempat. Perikanan darat saat
ini mengalami keterpurukan oleh adanya
udang atau ikan budi daya teridap penyakit, terkena racun, dari limbah yang
ditimbulkan. Demikian pula dengan habitatnya.” Seminar tentang tehnologi IMPA
ini menjadi suatu wacana yang diharapkan bisa menjembatani fenomena rob dan
kelesuan perekonomian di sektor budi daya tambak. Beliau pun menegaskan, “Tehnologi
IMPA ini bisa mengolah musibah dijadikan hikmah dan digali manfaatnya. Dan,
Pekalongan telah dijadikan suatu model percontohan, yang akan segera
diduplikasi ke daerah-daerah berpantai lainnya.”
Suatu langkah yang cukup
melegakan hati bagi warga masyarakat Pekalongan di tengah rundung derita
pencemaran Kali Loji dan air rob.
~Disunting Oleh: Arry Anand~
Post a Comment