-->

Tidak Semua Orang Pantas Dibantu: Belajar Menjaga Empati Tanpa Kehilangan Diri

Pekalongan News
Sunday, October 26, 2025, October 26, 2025 WIB Last Updated 2025-10-26T03:49:36Z

Tidak Semua Orang Pantas Dibantu: Belajar Menjaga Empati Tanpa Kehilangan Diri
Gambar Ilustrasi Dibuat dengan AI

Pekalongannews - Tidak Semua Orang Pantas Dibantu Ada kalanya niat baik menjadi bumerang. Kita menolong, tapi yang kita dapat justru luka, lelah, dan kecewa. Padahal, bukan karena kita kurang baik melainkan karena kita terlalu baik kepada orang yang salah.

Tidak semua orang pantas dibantu. Ada yang hanya ingin dikasihani, bukan disadarkan. Ada pula yang ingin diselamatkan terus, tanpa pernah berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.

1. Si Paling Korban

Mereka ini pandai memainkan peran sebagai korban. Dunia seolah selalu jahat kepada mereka, hidup terasa tidak adil, dan semua kesalahan datang dari luar dirinya.

Mereka gemar mengeluh, mencari simpati, tapi menolak solusi. Setiap nasihat hanya lewat tanpa makna.

Kita mendengarkan, berharap bisa menenangkan, tapi pada akhirnya mereka kembali pada kalimat yang sama: “Kamu nggak akan ngerti.”
Padahal, mereka bukan mencari jalan keluar—mereka hanya ingin ditemani di lubang yang sama.

2. Si Paling Anti-nasehat

Jenis yang satu ini lebih sulit lagi. Mereka percaya diri setengah mati, tapi rapuh ketika dikoreksi.

Setiap saran dianggap serangan, kritik diterjemahkan sebagai hinaan. Kalau dikasih tahu malah marah, kalau gagal, menyalahkan orang lain.

Mereka hidup dalam gelembung ego, tak pernah merasa perlu berubah. Membantu orang seperti ini hanya akan berakhir pada kekecewaan—karena mereka tidak mencari pencerahan, hanya pembenaran.

3. Si Penyedot Energi
Dalam istilah psikologi populer, mereka disebut energy drainer—penyedot energi.
Mereka datang membawa beban, gosip, atau cerita negatif yang tak berujung. Mereka bukan ingin berbagi, tapi ingin Anda ikut menderita.

Setelah bersama mereka, Anda merasa kosong, lelah, bahkan kehilangan semangat.
Energi positif Anda perlahan terkuras, digantikan oleh keputusasaan yang bukan milik Anda.

4. Si Paling Alasan
“Besok mulai.” 
“Nanti aja, tunggu waktu yang pas.”

Kalimat-kalimat itu terdengar ringan, tapi menjadi racun yang pelan-pelan menumpulkan semangat.

Tipe the excuse maker hidup di antara wacana dan penundaan. Ia selalu punya alasan untuk tidak bergerak, dan entah bagaimana, kemalasannya menular.
Berada di dekat mereka membuat Anda ikut merasa cukup dengan rencana, tanpa pernah mengeksekusinya.

5. Si Manipulatif
Tipe terakhir adalah yang paling berbahaya: the manipulator. Mereka pandai bersandiwara. Senyumannya hangat, tutur katanya lembut, tapi di balik itu tersimpan agenda tersembunyi.

Mereka bisa meminjam uang dengan alasan palsu, memanfaatkan hubungan, bahkan mengadu domba demi keuntungan pribadi.

Mereka tidak meminta tolong—mereka memanfaatkan.
Waspadalah terhadap mereka, terutama dalam pekerjaan atau hubungan yang bersentuhan dengan kepercayaan.

Namun, bersikap tegas bukan berarti kehilangan empati.
Kita tetap bisa berbuat baik, tanpa harus kehilangan diri sendiri di dalamnya.
Membantu orang harus disertai kesadaran: apakah mereka benar-benar ingin berubah, atau hanya ingin terus diselamatkan?

Karena pada akhirnya, tidak semua orang pantas diselamatkan—sebab tidak semua orang mau menyelamatkan dirinya sendiri.
Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI