-->

Sulitnya Cari Kerja di Negeri yang Janjinya Terlalu Banyak

Pekalongan News
Tuesday, August 12, 2025, August 12, 2025 WIB Last Updated 2025-08-12T05:26:52Z
Sulitnya Cari Kerja di Negeri yang Janjinya Terlalu Banyak
Pekalongannews - "Sudah ratusan lamaran. Tak satu pun panggilan." Kalimat sederhana, tapi beratnya menimpa ribuan, bahkan jutaan punggung pencari kerja di negeri ini.

Di jalanan, di halte, di bilik-bilik kos sempit, ada mereka yang terus mengirim CV seperti mengirim doa. Harapan diselipkan di setiap surat lamaran, tapi balasannya… sunyi.

Per April 2025, 80 perusahaan menutup pintu. Lebih dari 70 ribu buruh terlempar dari meja kerjanya. Di catatan Kementerian Ketenagakerjaan, angkanya lebih kecil “hanya” 24 ribu. 

Tapi bagi mereka yang kehilangan, angka itu bukan statistik. Itu adalah nasi yang hilang dari meja makan, sekolah yang tertunda, dan cicilan yang tak terbayar.

PT Sri Rejeki Isman Tbk, raksasa tekstil yang dulu kokoh, kini runtuh. Sepuluh ribu pegawainya harus pulang tanpa kepastian. Industri media pun kena gelombang. Semua terjadi di tengah ekonomi yang melambat ke 4,87% terendah dalam dua tahun.

Yang formal makin sempit, yang informal jadi pelarian. Per Februari 2025, 59,4% pekerja Indonesia berada di sektor informal: pedagang kaki lima, tukang ojek, pekerja rumah tangga. Mereka yang dulu berjas kini menenteng gerobak.

Di Cikarang, sebuah job fair dibanjiri 25 ribu pelamar. Lowongan yang tersedia? Hanya 2.500. Satu kursi diperebutkan puluhan orang. Bahkan di masa pandemi, satu lowongan bisa diincar sembilan kepala.

Dan seandainya pun dapat kerja, ada yang harus menelan pahit: ijazah ditahan perusahaan. Meski Menteri Ketenagakerjaan 
Immanuel Ebenezer sudah melarang, praktik ini masih hidup. Wamenaker menyebutnya pemerasan, penggelapan, kejahatan.

Pengangguran kini 7,28 juta orang. Pemerintah mencoba mengobati lewat pelatihan kerja. Upskilling, reskilling kata-kata yang terdengar modern. Tapi semua tahu, pelatihan tanpa lapangan kerja hanyalah janji tanpa rumah.

Di tengah ketidakpastian global, perusahaan memilih menahan rekrutmen. Satu posisi diincar 1.000 hingga 3.000 pelamar. Ditambah fenomena job ghosting, di mana perusahaan hilang tanpa kabar, meninggalkan pencari kerja di persimpangan tanpa arah.

Wakil Presiden Gibran pernah menjanjikan 19 juta lapangan kerja baru. Publik menunggu bukti, bukan sekadar bunyi. Karena di luar sana, di bawah terik dan hujan, ada yang masih menunggu pintu terbuka.

Mereka bukan sekadar angka. Mereka adalah wajah-wajah yang menatap esok dengan cemas, menggenggam map biru berisi ijazah, dan membawa satu hal yang tak bisa di harapan.
Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI