-->

Jelang Musim Hujan, Kecamatan Gringsing Gelar Apel Siaga Bencana

Pekalongan News
Sunday, November 09, 2025, November 09, 2025 WIB Last Updated 2025-11-09T11:37:15Z
Jelang Musim Hujan, Kecamatan Gringsing Gelar Apel Siaga Bencana
Pekalongannews, Batang - Masuknya musim penghujan mulai membuat Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, siaga. Camat Gringsing, Ridho B. Kurniawan, mengaku waswas terhadap kondisi warga Desa Kebondalem, terutama di Dukuh Gebanganom, yang rawan banjir akibat tanggul sungai jebol sejak awal tahun lalu.


Ridho mengungkapkan, pada Januari 2025 lalu, tanggul di wilayah tersebut jebol karena hujan deras yang mengguyur semalaman. Akibatnya, sekitar 700 jiwa warga di sekitar aliran sungai sempat terancam banjir.

“Hingga kini, perbaikan permanen belum dilakukan. Warga masih mengandalkan penanganan darurat dengan tumpukan karung pasir dan pancang bambu hasil swadaya,” jelas Ridho saat ditemui, Minggu (9/11/2025).

Menurutnya, Balai PSDA Bodrikuto sebenarnya telah melakukan survei ke lokasi pada 22 Januari 2025 lalu. Namun, rencana perbaikan belum bisa direalisasikan karena anggaran tahun ini sudah habis.

“Dana difokuskan ke wilayah Pegandon, Kendal, karena di sana dampak banjirnya lebih parah,” ujarnya.
Menjelang puncak musim penghujan, pihak kecamatan menggelar apel siaga bencana yang diikuti seluruh perangkat desa, relawan PMI, serta relawan dari Desa Tangguh Bencana (Destana).

Ridho menegaskan, kegiatan tersebut bukan sekadar seremonial, tetapi bentuk kesiapsiagaan nyata untuk menghadapi potensi bencana.

“Harapannya semua elemen bisa bersinergi. Kita punya semangat bersama menjaga keselamatan warga dari ancaman longsor dan banjir,” tegasnya.
Dari total 15 desa di Kecamatan Gringsing, sebanyak 12 desa sudah memiliki Destana. Tiga desa lainnya masih dalam proses pembentukan dan pelatihan.

“Destana ini penting karena menjadi ujung tombak penanganan bencana di tingkat desa. Kami dorong tiga desa lainnya segera menyelesaikan struktur dan pelatihannya,” kata Ridho.
Wilayah Gringsing dikenal memiliki kondisi geografis yang cukup kompleks—mulai dari daerah pegunungan hingga dataran rendah yang dilalui Sungai Kuto.

Ridho menyebut, tiga desa yang memiliki potensi bencana paling tinggi adalah Yosorejo, Kebondalem, dan Sidorejo.

“Banyak kejadian di sekitar Kali Kuto, terutama saat curah hujan tinggi. Warga harus lebih waspada,” ujarnya mengingatkan.
Pihak kecamatan, lanjut Ridho, tidak tinggal diam. Ia memastikan koordinasi terus dilakukan dengan berbagai instansi, termasuk Balai PSDA dan BPBD Kabupaten Batang.

“Kami sudah beberapa kali kirim laporan ke PSDA. Selain itu, kami juga berkoordinasi dengan BPBD supaya bisa ada langkah darurat jika hujan ekstrem datang lebih cepat,” katanya.
Sambil menunggu tindak lanjut dari pemerintah provinsi, Ridho mengimbau warga untuk terus waspada. Ia juga meminta agar sistem peringatan dini di desa diperkuat.

“Warga jangan lengah. Kita harus saling mengingatkan, terutama di malam hari saat hujan deras turun,” pungkasnya.
Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI