googlesyndication.com

8 Comment
Kisah Ulama Syech Tholabuddin Penyebar Agama Islam Dan Pejuang Melawan Belanda
Komplek makam Syeh Tholabuddin di Desa Masin, Warungasem, Batang
Batang - Di Desa Masin Warungasem Batang terdapat sebuah makam wali, yang diperca ya sebagai tokoh penyebar agama Islam. Seperti apa?

Makam Syech Tholabuddin terletak di dukuh Pekuncen atau tepatnya di areal pemakaman dekat Kantor Desa Masin Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang. Setiap bulan Sya'ban masyarakat setempat selalu memperingati haul nya.

Diceritakan oleh salah satu tokoh masyarakat sekaligus peneliti sejarah Syech Tholabuddin, KH Amshori, Syech Tholabuddin bermukim di Masin pada Periode Mataram Islam.
"Nama aslinya tidak pernah dibawa. Kalau di beberapa tulisan, nama-namanya itu sebenarnya dilebih-lebihkan, tidak ada bukti sejarahnya," ucap KH Amshori.
Dijelaskan, bahwa para ulama dan wali jaman dulu memang jarang membawa nama aslinya. Sebagain besar penamaan dikarenakan kondisi lingkungan dan daerah masing-masing. 
"Seperti untuk mbah Tholabuddin, berasal dari kata Jawa telo budin, kalau dulu telo disamakan dengan orang yang bodoh. Dengan maksud mbah Tholabuddin bermaksud merendahkan diri dihadapan masya rakat," terangnya. 
"Sedang kalau istilah Arab nya Tholabuddin,  orang yang mempentingkan kepentingan agama (Islam)," lanjut KH Amshori kepada koran saat ditemui di rumahnya Desa Candiareng tempatnya sekarang.
Dijelaskan lebih lanjut, masuknya ulama Islam di Batang Pekalongan dan sekitarnya, dulu seiring didirikannya pemerintahan pertama dulu. Yang berpusat di Batang, dengan pimpinan Ki Ageng Pekalongan, menjelang perang Mataram pertama. Namun masih mengnginduk ke Kaliwungu, yang dulu dijuluki Mataram Kendal, karena tempatnya kumpulnya Wali.

Adanya pemerintahan atas perintah Sultan Agung juga diikuti masuknya Wali dibawah pimpinan Mbah Baurekso. Dengan penasehat Kyai Agung Cempaluk, mbah Syech Kramat Pasekaran, Syceh Jambukarang dan pasukan perang yang dipimpin Mbah Gede Petanasangin (pasukan khusus). Sedangkan Syech Tholabuddin sendiri datang dimasa perang mataram kedua, setelah masa Mbah Baurekso.

Kedatangan Syech Tholabuddin juga beserta saudaranya, Mbah Dalabuddin dan Akrobuddin. Mbah Dalabuddin, kini dimakam di Dracik Kota Batang. Adik Syech Tholabuudin ini dikenal dengan kharomnya ilmu pemerintahan. Salah satu keturuannya adalah Santoso, yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Batang 20 tahun lalu.

Sedang saudara lainnya, Akrobuddin,  kakaknya di makamkan di Desa Kaliyoso Cepiring Kendal. Peninggalan karomahnya, di masjid Jami ada 4 soko, jika dilihat miring berarti jiwanya sedang tidak baik.
 "Mbah Akrobuddi juga menjadi donatur saat perang Mataram Islam melawan VOC, sampai dirinya dijuluki Utsman bin Afan Jawa," terangnya.
Sedang Syech Tholabuudin sendiri diberi kharomah atau kelebihan ke ilmu Syariat tapi juga cukup memiiki harta yang cukup. Salah satu bukti sejarahnya, bisa mengislamkan Mbah Gono. Yang mana di jamannya dikenal sebagai tokoh Umat Hindu. Bahkan akhirnya mbah Gono juga menjadi salah satu muridnya sebagai ulama di Masin.

Karomahnya yang lain, pernah pada suatu saat Kyai Senari Cepiring sekitar tahun 1980 an berziarah dengan jamaah di makam Tholabuddin. Secara isyarat dipersilahkan jamaah mengambil uang di pojok makam, tempatnya dibawah gentong yang mana terlihat banyak sekali yang. Namun pada waktu itu, Kyai Senari tidak berkeinginan dalam urusan keduniaan, lebih mengutaman keberkahan dan jamaahnya juga mengamini.

Dari segi keilmuan, nasab ilmu Syech Tholabuddin belajar ke Kyai Asy'ari (Kyai Guru) di Kaliwungu Kendal, yang merupakan pendiri Masjid Jami Kaliwungu yang dimakamkan di Protomulyo Kaliwungu.
 "Sedang nasab ilmu ke Walisongo belajar dari ke Sunan Drajat, dan menyambung ke Sunan Ampel," jelasnya.
Bukti sejarah perjuanagn Syech Tholabuddin juga sering diperingati, setiap Maulud Nabi dengan menggelar Kirab Merah Putih. Yang merupakan simbol perjuangan rakyat Masin dipimpin Syech Tholabuddin mengusir penjajah dengan berjalan kaki ke Pekalongan. Karena di masanya, hanya Warungasem terutama Masin yang tidak bisa dimasuki penjajah, sehingga pasukan Masin diperbantukan ke Pekalongan.

Makanan yang menjadi kegemaran Syech Tholabuddin adalah sego liwet, lauk gereh perek dan sayur gandul. Ternyata tidak hanya sekedar makanan saja, karena memiiki makna filosofis yang cukup tingi.

Dari makna sego liwet, yang beruma nasi sangat matang berarti bahwa setap umat harus mematang kan syariat (Islamnya). Lauk gereh perek (ikan yang kepalanya besar, dagingnya dikit lebih banyak duri), degan filosofi setiap umat muslim setiap makan harus hati-hati, antara makan halal haram dan subhat. Juga harus hati-hati dengan urusan batin (ilmu santet) karena pada saat itu sangat banyak sekali.

Sedang kuluban (sayuran) godong gandol (daun pepaya), mengandung makna banyak wasilah (manfaatnya).
 "Sebagai masyarakat(saat itu)  lebih baik ngandul atau jadi makmun jangan ambisi jadi pemimpin. Karena ambisi jadi pemimpin tidak baik," terangnya.
Diceritakan karena pada saat itu, setelah Islam cukup kuat banyak orang yang mengaji di Wali Muria. Namun sekembalinya, semua pada berlomba-lomba ingin menjadi imam dan pemimpin masyarakat. Sehingga Syech Tholabuddin mengingatkan agar semua saling mengalah untuk kebaikan.

Post a Comment

 
Top